INTIMNEWS.COM, SAMPIT – Peringati hari tanpa tembakau sedunia Dinas Kesehatan (Dinkes) Kotawaringin Timur (Kotim) mengimbau masyarakat memaknai momen tersebut agar cerdik memahami dampak buruk rokok bagi kesehatan.
“Harapan kami masyarakat menyadari dan mampu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan menerapkan pola CERDIK, yakni Cek Kesehatan secara teratur, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet gizi seimbang dan sehat, Istirahat yang cukup dan Kelola stress,” kata Kepala Dinkes Kotim Umar Kaderi, Sabtu, 1 Juni 2024.
Hari Tanpa Tembakau Sedunia sejatinya diperingati setiap 31 Mei 2024. Peringatan tersebut momentum penting untuk mengkaji hak individu dalam menjaga kesehatan serta tanggung jawab bersama dalam menciptakan lingkungan yang sehat.
Bahaya merokok mengancam kesehatan setiap individu dewasa, remaja maupun anak-anak. Karena penyakit yang disebabkan oleh asap rokok tak hanya mengintai perokok aktif.
Umar mengatakan, setiap orang harus secara bersama menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di semua tatanan dalam upaya menjaga udara sehat dan segar dapat dihirup oleh siapapun. Perlu kesadaran bagi para perokok agar tidak merokok di dalam ruangan, terutama KTR.
“Selanjutnya berupaya mengurangi jika memungkinkan berhenti merokok, demi kesehatan diri sendiri dan keluarga,” ujarnya.
Secara umum belum ada penelitian khusus terkait pengaruh rokok terhadap kesehatan masyarakat di Kotim. Namun, ada hasil pendataan keluarga sehat dan skrining perilaku merokok yang terkait dengan kesehatan.
Hasil pendataan keluarga sehat pada tahun 2022 didapatkan bahwa dari 23.580 rumah tangga yang didata, didapati 11.700 atau 49,6 persen rumah tangga mempunyai anggota rumah tangga yang merokok.
Sedangkan update data keluarga sehat tahun 2023 didapatkan bahwa dari 69.425 rumah tangga yang didata, ada 32.875 atau 47,35 persen rumah tangga mempunyai anggota rumah tangga yang merokok.
Hasil skrining perilaku merokok pada tahun 2023 terhadap kelompok usia 10-18 tahun, dari 12.717 orang yang diskrining, didapatkan sebanyak 2.818 orang atau 22 persen yang merokok.
Kemudian hasil skrining penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) atau penyakit paru sumbatan kronis pada perokok usia 40 tahun ke atas pada tahun 2023, dari 1.164 perokok yang diskrining, terdapat 4 orang atau 0,34 persen yang menderita PPOK dan 84 orang atau 7,22 persen risiko tinggi, lainnya sebanyak 1.076 orang atau 92,4 persen mempunyai risiko rendah terhadap PPOK.
Pada tahun 2024 hingga Bulan Mei telah dilakukan skrining PPOK pada perokok usia 40 tahun ke atas dengan hasil dari 2.323 orang perokok yang diskrining ditemukan 38 orang atau 1,64 persen menderita PPOK atau naik sebesar 1,3 persen dan 108 orang 4,65 persen risiko tinggi terkena PPOK. Lainnya tetap berisiko terkena PPOK, walaupun risikonya rendah.
(Jimy)