INTIMNEWS.COM, PALANGKA RAYA – Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah (Dinkes Kalteng) menyambut kedatangan Tim Assessor Global dari WHO, UNICEF, dan Kementerian Kesehatan RI dalam rangka kegiatan *Outbreak Response Assessment* (OBRA). Acara ini berlangsung di Aula Bakti Husada, Dinkes Kalteng, Senin (2/12/2024), dan dibuka langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah, Suyuti Syamsul.
Dalam sambutannya, Suyuti menekankan bahwa polio adalah salah satu penyakit yang dapat diberantas melalui imunisasi rutin. Ia juga menyoroti bahwa sejak 2014, polio masih dikategorikan sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD), sehingga pengawasan dan respons terhadap penyakit ini terus menjadi prioritas.
“Poliomyelitis atau polio adalah salah satu Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Pemantauan penyakit ini dilakukan melalui surveilans kasus lumpuh layuh mendadak (Acute Flaccid Paralysis) untuk memastikan bahwa kasus yang muncul tidak disebabkan oleh virus polio,” jelasnya.
Indonesia sebelumnya dinyatakan bebas polio pada 2014. Namun, sejak 2022 hingga 2024, kasus polio kembali ditemukan di beberapa provinsi dengan total 13 kasus yang disebabkan oleh *Vaccine-Derived Polio Virus* (VDPV2). Suyuti menjelaskan bahwa KLB polio dapat terjadi jika cakupan imunisasi rendah dalam jangka waktu yang lama, sehingga upaya peningkatan imunisasi dan surveilans menjadi sangat penting.
“KLB polio akibat VDPV dapat dicegah jika cakupan imunisasi lebih dari 95% dan merata. Selain itu, deteksi dini dan pelaporan kasus AFP harus terus ditingkatkan,” tambahnya.
Pelaksanaan OBRA di Kalimantan Tengah bertujuan untuk mengevaluasi keberhasilan surveilans dan respons imunisasi dalam menghentikan KLB polio, serta menentukan langkah tindak lanjut. Penilaian dilakukan di tingkat provinsi, dengan Kota Palangkaraya dan Kabupaten Kapuas sebagai daerah percontohan.
Capaian imunisasi polio di Kalimantan Tengah menunjukkan hasil positif, dengan dosis pertama mencapai 90,3% dan dosis kedua 87,8%. Surveilans AFP pada 2024 berhasil menemukan 42 kasus dari target 54 kasus, dengan angka *non-polio AFP rate* sebesar 1,55 per 100.000 anak (target nasional 3/100.000 anak).
“Kegiatan OBRA ini menjadi evaluasi penting untuk memastikan langkah-langkah yang dilakukan sudah efektif dalam menghentikan penyebaran virus polio dan menentukan langkah tindak lanjut untuk mengatasi tantangan yang ada,” tutup Suyuti.
Hadir dalam acara ini perwakilan dari WHO, UNICEF, Tim Kemenkes RI dari Direktorat Pengelolaan Imunisasi, Sekretaris Dinkes Kalteng Rainer Danny P. Mamahit, Kabid Yankes Eddy Kelana, serta pengelola program dari Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
Penulis: Redha
Editor: Andrian