INTIMNEWS.COM, PALANGKA RAYA – Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah (Dinkes Kalteng) mengadakan Rapat Evaluasi Semester Kematian Ibu dan Anak melalui Audit Maternal Perinatal Surveilans dan Respons (AMP-SR), Kamis (31/10/2024), di Hotel Aquarius Palangka Raya. Kegiatan ini dibuka langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Kalteng, Suyuti Syamsul, dan dihadiri oleh peserta dari berbagai kabupaten/kota di Kalteng.
Dalam sambutannya, Suyuti menyampaikan bahwa percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan prioritas nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020–2024. “Targetnya adalah menurunkan AKI menjadi 183 per 100.000 kelahiran hidup (KH) dan AKB menjadi 16 per 1.000 KH pada tahun 2024,” jelasnya.
Ia menekankan pentingnya evaluasi terhadap capaian ini, mengingat Kalimantan Tengah termasuk salah satu provinsi yang menjadi lokus percepatan penurunan AKI dan AKB pada 2023–2024.
Suyuti memaparkan tren data AKI dan AKB di Kalteng. Pada 2021, jumlah kematian ibu tercatat sebanyak 98 kasus (218/100.000 KH), menurun menjadi 64 kasus (146/100.000 KH) pada 2022, namun kembali meningkat menjadi 73 kasus (179/100.000 KH) pada 2023. Hingga September 2024, tercatat 37 kasus. Penyebab utama kematian ibu adalah hipertensi dalam kehamilan (48,6%), perdarahan (19%), dan komplikasi non-obstetri (19%).
Sementara itu, kematian bayi menunjukkan tren serupa. Pada 2021, tercatat 394 kasus (7,6/1.000 KH), sedikit menurun menjadi 371 kasus (8,6/1.000 KH) pada 2022, namun kembali naik menjadi 439 kasus (10,7/1.000 KH) pada 2023. Hingga September 2024, tercatat 276 kasus. Penyebab utamanya adalah gangguan respirasi dan kardiovaskular (33,5%), berat badan lahir rendah atau prematur (22,5%), serta faktor lainnya.
Berdasarkan hasil AMP-SR, penyebab kematian ibu dan bayi di Kalteng antara lain:
– Keterlambatan deteksi dini masalah kesehatan.
– Tingginya kehamilan risiko tinggi, termasuk kehamilan tidak diinginkan (KTD).
– Mayoritas kematian terjadi di rumah sakit (77%), rumah (24%), perjalanan rujukan (7%), dan Puskesmas (4%).
“Melalui AMP-SR, kami berharap dapat menggali akar permasalahan mendasar untuk mengidentifikasi solusi yang efektif, terutama dalam memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan dan meningkatkan tata kelola pencatatan serta pelaporan,” tambah Suyuti.
Rapat ini menghadirkan narasumber dari Tim Fasilitator AMP-SR Nasional dan Tim AMP-SR Provinsi Kalteng. Peserta rapat meliputi dokter spesialis kandungan (SpOG), dokter spesialis anak (SpA), serta penanggung jawab Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dari RSUD di berbagai kabupaten/kota.
Dengan analisis mendalam dan strategi implementasi yang disusun dalam rapat ini, diharapkan target penurunan AKI dan AKB di Kalimantan Tengah dapat tercapai sesuai dengan visi RPJMN 2024.
**Penulis:** Redha
**Editor:** Andrian