INTIMNEWS.COM, PANGKALAN BUN – Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat menyiapkan lahan 10 hektare untuk pertanian alpukat yang berada di Desa Pangkalan Tiga, Kecamatan Pangkalan Lada, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalteng.
Sekertaris Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura, dan Perkebunan Kobar, M Rubiansyah mengatakan, ada potensi bahwa Desa Pangkalan Tiga kedepannya akan kita jadikan sebagai kampung alpukat di Kabupaten Kobar, katanya, Minggu 30 Oktober 2022.
Rubiansyah menyebutkan ada 1.035 batang bibit alpukat jenis varietas mentera yang berasal dari Kabupaten Nganjuk Jawa Timur tersebut sudah kita bagikan ke 25 petani dari Kelompok Tani Harapan Maju, Ujarnya.
Dipilihanya alpukat varietas mentera yang biasa disebut Alpukat Probolinggo atau alpukat mentega merah tersebut memiliki ciri-ciri kulit yang berwarna kemerahan dikarenakan memiliki keunggulan rasa yang manis.
“Daging buah alpukatnya tebal dengan biji yang kecil,” terang Rubiansyah.
Dijelaskan, penyediaan 1035 bibit alpukat tersebut yang berasal dari anggaran APBN tahun 2022. Hal tersebut sesuai dengan permintaan atau pengajuan proposal dari Kelompok Tani Harapan Maju sendiri.
“Bibit alpukat sudah diterima petani pada bulan Juli kemaren, namun saat ini bibit alpukat masih dalam perawatan petani dengan dipindahkan ke tempat atau polybag yang lebih besar,” ujarnya.
Bibit Alpukat yang baru datang sengaja tidak langsung ditanam ke lahan atau tanah, namun dipindahkan ke tempat atau polybag yang lebih besar.
“Hal tersebut dikarenakan kondisi bibit yang baru datang rentan mati, sehingga perlu penyesuaian dengan iklim di Kalimantan,” kata Rubiansyah.
“Waktu pengiriman ke Pangkalan Bun, 10 batang bibit rusak, sehingga tersisa 1025 batang yang kondisi masih bagus, dan langsung kita bagikan ke 25 petani untuk melakukan perawatan sementara,” ujar Rubiansyah.
Namun tidak serta merta dibagikan begitu saja, pihaknya terus melakukan pendampingan terhadap para petani alpukat tersebut untuk memastikan kondisi alpukat sehat dan tumbuh dengan baik sebelum ditempatkan di lahan seluas 10 hektare tersebut.
“Iya tentu dilakukan pendamping oleh penyuluh pertanian lapangan (PPL) dari Dinas TPHP,” pungkasnya. (Yus)
Editor: Irga Fachreza