INTIMNEWS.COM, TRENGGALEK – Dalam rangka meningkatkan peran serta dalam (pembangungan nasional), para penyandang disabilitas sebagai sub sistem komponen bangsa, keberadaannya perlu mendapatkan perhatian dan akses yang lebih luas. Untuk itu, pemerintah bersama dengan berbagai komponen masyarakat perlu berkolaborasi untuk memberikan akses layanan pendidikan yang bermutu dan pengembangan diri lainnya selaras dengan kebutuhannya, baik melalui lembaga pendidikan formal maupun non formal yang tersedia.
Kampung inklusif yang terletak di Kecamatan Tugu Trenggalek, merupakan wujud protototipe perkampungan yang mengintegrasikan komunitas penyandang disabilitas pasca menyelesaikan pendidikan formal atau non formal dengan masyarakat umum.
“Ide pendirian kampung inklusif ini semula dilatarbelakangi oleh keprihatinan para penyandang disabilitas pasca menyelesaikan pendidikan formal atau non formal, mereka tidak memiliki opsi dan akses untuk melanjutkan kehidupan berikutnya,” ujar Taryaningsih M.Pd. selaku koordinator dan pengayom keberadaan Kampung Inklusif Trenggalek.
Gayung bersambut, Departemen Pendidikan Luar Biasa (PLB) Universitas Negeri Malang selaku lembaga penyedia tenaga pendidik dan pembimbing peserta didik penyandang disabilitas, melakukan kolaborasi dengan Yayasan “Naeema” Trenggalek sebagai lembaga penyantun Kampung Inklusif tersebut, yang dikemas dalam wadah program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM).
Menurut Prof. Dr. M. Efendi M.Kes. selaku Kadep PLB FIP UM, di sela-sela evaluasi proses rangkaian kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) bersama Tim, yang bertempat di Balai Pertemuan Kampung Inklusif Kabupaten Trenggalek, tanggal 6-7 Agustus 2022, menjelaskan bahwa target yang ingin dicapai dalam kerjasama tersebut yakni meningkatkan keberlanjutan usaha batik shibori dengan berbagai variannya yang diproduksi oleh para penyandang disabilitas yang bermukim di Kampung Inklusif Trenggalek.
Beberapa kegiatan yang mendahului terkait dengan meredesign batik shibori untuk meningkatkan branding hasil produk penyandang disabilitas Kampung inklusif Trenggalek tersebut, diantaranya diskusi via WhatsApp, telepon, zoom, maupun temu muka di luar lokasi maupun di lokasi kegiatan.
Harapan Kadep PLB FIP UM pasca sharing dan edukasi dalam program Kemitraan dengan Yayasan Naeema Trenggalek tersebut, kelak keberlanjutan kegiatan produksi komunitas Kampung Inklusif tidak terkendala lagi dikarenakan keterbatasan bahan baku yang mampu disediakan oleh Lembaga Mitra.
Editor: Andrian