INTIMNEWS.COM, ANGKALAN BUN – Banjir masih melanda Kotawaringin Barat di empat Kecamatan sejak tanggal 5 September 2022. Akibatnya, banjir menyebabkan kerugian bagi daerah yang terdampak. Bahkan kondisi perekonomian Kobar menjadi tidak baik-baik saja atau melambat.
Banjir yang menerjang wilayah Pangkalan Bun telah memberikan kerusakan. Bukan hanya pemukiman penduduk yang jadi sasaran luapan air sungai, tetapi juga merusak areal persawahan, pertanian rusak bahkan gagal panen, dan juga merusak infrastruktur dan fasilitas umum lainnya.
Plt Sekda Kobar Junni Gultom, menegaskan bahwa kondisi perekonomian Kobar saat ini tengah melambat terutama pada pertumbuhan ekonomi triwulan III tahun 2022.
“Sektor ekonomi dalam PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) yang terdampak banjir bisa menyebabkan pertumbuhan ekonomi triwulan III tahun 2022 akan mengalami perlambatan,” kata Junni Gultom, Sabtu (28/10/2022).
Sebab, menurut Junni, wilayah yang terdampak banjir menghambat aktivitas di sektor pertanian, perikanan, peternakan. Termasuk juga aktivitas transportasi, karena akses terhambat.
“Aktivitas perdagangan karena distribusi barang terhambat akibat infrastruktur yang terdampak banjir, tentunya juga akan menghambat juga perkembangan aktivitas penyediaan akomodasi dan restoran, dengan demikian akibat banjir ini sangat mempengaruhi indeks harga dalam perhitungan PDRB ADHK (Atas Dasar Harga Berlaku) karena akan mengalami kenaikan,” ujar Plt Sekda Kobar ini.
Namun demikian lanjut Junni Gultom, saat ini konsentrasi pemerintah masih dalam percepatan penanganan bencana banjir, terutama masyarakat yang terdampak banjir merupakan prioritas utama.
Mengingat banjir di Kobar ini jangkauanya sangat luas, sehingga membutuhkan penanganan yang serius. Apalagi banjir masih tinggi.
Sementara itu Kepala BPBD Kobar Syahruni mengatakan bahwa hingga Sabtu (28/10) pengungsi sudah mulai banyak yang meninggalkan tenda tenda pengungsi.
Mereka (Pengungsi) banyak yang mengungsi ke rumah saudaranya dan ada juga sementara menempati rumah kontrakan/barakan.
Saat ini jumlah masyarakat yang tinggal di tempat pengungsian sebanyak 4.858 jiwa dari 1.678 kepala keluarga, yang sebelumnya jumlah pengungsi mencapai angka 8.747 jiwa dari 3.061 kepala keluarga.
“Berkurangnya jumlah pengungsi ini bukan karena wilayahnya sudah surut melainkan mereka memilih mengungsi ke rumah saudaranya atau ngontrak rumah sementara waktu,” ujar Syahruni.
Sebab menurutnya, sampai saat ini debit air masih bertahan dan belum ada tanda-tanda surut. Sama halnya yang terjadi pada jalanan yang ada di dalam kota Pangkalan Bun, seperti Jalan Pangeran Antasari, Matnoor, Achmad Yani, kondisi ketinggian air masih bertahan dan jalan tersebut sementara waktu ditutup.
“Untuk masyarakat yang masih terdampak berada di Kecamatan Arut Selatan, Arut Utara, Kumai dan Kecamatan Kotawaringin Lama. Dimana banjir menerjang 30 desa dari empat Kecamatan tersebut, namun wilayah yang paling terparah terjadi di Kecamatan Arut Selatan, sementara itu total keseluruhan yang terdampak banjir mencapai 27.660 jiwa dari 8.065 kepala keluarga, ” pungkas Syahruni menjelaskan.
Penulis: Yusro
Editor: Andrian