
INTIMNEWS.COM, PALANGKA RAYA – Bencana Alam yang terjadi di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur menyebabkan beberapa daerah mengalami kerusakan parah dan tergenang air.
Sejumlah elemen masyarakat sudah mulai bergerak untuk bergotong royong memberikan bantuan baik secara moril maupun materil kepada para korban banjir.
Presiden Joko Widodo juga sudah menginstruksikan Kepala BNPB, Kepala Basarnas, Menteri Sosial, Menteri Kesehatan, Menteri PUPR, dan Panglima TNI serta Kapolri untuk segera melakukan evakuasi dan penanganan korban bencana serta penanganan dampak bencana.
Diketahui bersama, bahwa Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat adalah salah satu daerah penghasil bawang terbesar di indonesia.
Akibat dari bencana alam ini menyebabkan daerah penghasil bawang terendam banjir yang di antaranya adalah Flores, Sumba Timur, Sumba Barat, Ngada, Lambata, dan sekitarnya.
Oleh sebab itu selain saling bergotong royong untuk membantu saudara-saudara kita disana, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Palangka Raya (UPR) mengingatkan pemerintah, terkait Inflasi yang berpotensi terjadi akibat berkurangnya suply bawang.
“Pemerintah harus bersiap dan mengantisipasi kenaikan harga bawang yang juga berdampak pada komoditas lain,” ucap Presiden BEM UPR Beni Parulian Siregar kepada Intimnews, Rabu (7/4/2021).
Beni menambahkan, skema pencegahan inflasi akibat pasokan bawang harus dibuat oleh pemeritah.
“Pemerintah harus mampu membuat skema pemasaran dari daerah-daerah penghasil bawang lainya untuk mencegah terjadinya inflasi, sehingga kenaikan harga dapat ditekan dengan pemerataan distribusi pasar, selain itu Harga Atap atau HET harus menjadi standar yang berlaku nasional,” paparnya.
Mahasiswa Fakultas Pertanian itu menyebut dalam kondisi seperti ini jangan sampai masih ada oknum yang mempermainkan harga bawang.
“Disamping itu pemerintah juga harus terus memberantas mafia harga bawang, agar tidak ada penimbunan dan permainan harga pasar,” pungkas Beni.