INTIMNEWS.COM, PANGKALAN BUN – Banjir yang menggenangi Pangkalan Bun Kotawaringin Barat (Kobar), dan sekitarnya dikabarkan mulai surut, Rabu 2 November 2022 pagi.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kobar mencatat setidaknya saat ini jumlah masyarakat yang tinggal di tempat pengungsian sebanyak 4.858 jiwa dari 1.678 kepala keluarga. Pdahal, sebelumnya jumlah pengungsi mencapai angka 8.747 jiwa dari 3.061 kepala keluarga.
Kepala Dinas Kesehatan, Achmad Rois mengimbau masyarakat untuk mewaspadai penyakit pasca-banjir, seperti penyakit kulit, ISPA, diare, Leptospirosis dan lain-lain.
Hal itu diungkapkannya, agar korban akibat banjir tidak bertambah, masyarakat diminta untuk mewaspadai penyebaran penyakit setelah banjir melanda, kata Achmad Rois, saat di konfirmasi media ini.
Di saat banjir seperti ini tentu kita semua menghadapi keterbatasan-keterbatasan ketersediaan pangan dan ketercukupan gizi, di tingkat rumah tangga atau keluarga.
Kemudian, lanjut Achmad Rois, pasokan air bersih dan air minum untuk masyarakat, kemudian ketahanan tubuh ini juga alami penurunan.
Nah tentu ini menjadi satu faktor risiko munculnya masalah kesehatan terkait dengan banjir, ada beberapa penyakit yang muncul ketika faktor risiko itu ada menyertai kondisi banjir, ucap Achmad Rois.
Ancamannya diantaranya adalah munculnya Diare, daya tahan tubuh melemah, kemudian ketersediaan air bersih, kemudian ketersediaan air minum yang memenuhi syarat kesehatan ini tentu menjadi pemicu munculnya beberapa penyakit diare.
Kemudian yang sering muncul juga Dermatitis atau penyakit kulit yang menyertai ketika kondisi tubuh seseorang alami penurunan ketahanannya, ucap Achmad Rois.
Lalu, menurut Achmad Rois, kontak dengan air yang tidak bersih ini juga menimbulkan penyakit kulit, dan beberapa penyakit lain yang perlu kita waspadai.
Sehingga di saat banjir seperti ini memang faktor risiko penyakit atau masalah kesehatan ini yang perlu sama-sama kita tangani.
Penyakitnya kita tatalaksana dengan baik yang sudah dilakukan oleh Dinkes untuk memantau kemudian memberikan pelayanan kepada masyarakat di lokasi banjir dan juga faktor risikonya kita tangani.
Sehingga faktor risiko kesehatan, dan masalah kesehatan ini tidak muncul penyakit-penyakit di saat banjir atau pasca banjir nanti, pungkasnya. (Yus)
Editor: Irga Fachreza