INTIMNEWS.COM, PANGKALAN BUN – Kondisi abrasi di pesisir Pantai Keraya, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat semakin mengkhawatirkan. Gelombang pasang yang terus-menerus menghantam membuat pengikisan pantai kian parah, bahkan nyaris memutuskan akses utama bagi warga Desa Keraya.
Dalam beberapa tahun terakhir, abrasi telah menggerus sebagian besar badan jalan di sejumlah titik, mengancam keselamatan penduduk dan infrastruktur desa tersebut.
Abrasi yang tak kunjung teratasi ini berpotensi memutuskan akses vital bagi penduduk desa jika tidak segera ditangani secara menyeluruh.
Pemerintah daerah sudah beberapa kali melakukan upaya penanganan, namun kuatnya hantaman gelombang laut menyebabkan abrasi terus bergerak, menambah titik kritis baru di sepanjang jalan desa, Minggu (20/10).
Sejak 2017, abrasi di Pantai Keraya telah merusak sejumlah fasilitas. Pada saat itu, jembatan penghubung yang sangat penting ambruk akibat erosi.
Selain memperbaiki jembatan, pemerintah menutup cekungan abrasi dengan tanggul sementara yang terbuat dari tumpukan pasir dalam karung. Namun, solusi tersebut hanya bertahan sementara.
Pada 2021, bencana abrasi mencapai puncaknya dengan hampir menghancurkan tujuh rumah warga yang berada di tepi pantai. Gelombang tinggi yang menghantam rumah-rumah tersebut memaksa pemerintah daerah untuk merelokasi penduduk ke tempat yang lebih aman.
Kini, di tahun 2024, gelombang abrasi kembali mengancam. Jalan sepanjang 30 meter kembali mengalami erosi hebat akibat pasang surut air laut yang intens.
Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat, melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), segera mengambil langkah cepat dengan menerjunkan tim ke lokasi guna melakukan penanganan darurat.
Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas PUPR Kobar, Nety Juniarty Nengsih, menjelaskan bahwa penanganan sementara saat ini dilakukan dengan menggunakan teknologi Geobag, yakni kantong-kantong besar yang diisi dengan material pasir untuk menahan gelombang dan mencegah erosi lebih lanjut.
“Penanganan sementara dilakukan dengan pemasangan Geobag yang diisi dengan material pasir sebagai penghalang gelombang,” ungkapnya.
Nety menambahkan bahwa pemasangan Geobag ini merupakan langkah cepat agar abrasi tidak semakin parah dan memutuskan akses jalan.
Untuk solusi jangka panjang, Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat telah mengajukan proposal penanganan sepanjang 760 meter di titik-titik kritis Pantai Keraya. Usulan tersebut telah disampaikan untuk didanai melalui APBN dan APBD Provinsi Kalimantan Tengah. Jika disetujui, diharapkan penanganan yang lebih menyeluruh dapat segera dilakukan.
“Kami juga bekerja sama dengan pemerintah desa dan masyarakat setempat dalam pengisian material ke dalam Geobag. Keterlibatan warga sangat penting untuk percepatan proses ini,” tutup Nety.
Abrasi Pantai Keraya kini menjadi perhatian serius, mengingat dampaknya yang tidak hanya mengancam infrastruktur, tetapi juga kehidupan sehari-hari masyarakat di sekitarnya. Dengan upaya penanganan yang berkelanjutan, diharapkan masalah ini dapat diatasi sebelum menjadi bencana yang lebih besar.
Penulis : Yusro
Editor : Maulana Kawit